Wisata

Menelusuri Sejarah Benteng Somba Opu, Warisan Majapahit di Sulawesi

Benteng Somba Opu merupakan warisan bersejarah dari Kerajaan Gowa. Letaknya berada di Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Konstruksi benteng ini dimulai pada abad ke-16 dan telah menjadi saksi bisu atas perlawanan rakyat Kerajaan Gowa terhadap penjajah Belanda.

Narasi Sejarah Benteng Somba Opu

Sejarah dari Benteng Somba Opu berawal ketika dibangun oleh Sultan Gowa yang kesembilan, Daeng Mantanre Karaeng Tumapa'risi Kallonna, pada tahun 1525.

Proses pembangunan Tempat Wisata Makassar ini tidak selesai hanya dalam satu masa kepemimpinan, melainkan berlanjut pada masa pemerintahan sultan-sultan yang menggantikannya.

Selama pemerintahan Sultan Gowa yang ke-10, Karaeng Tunipalangga Ulaweng, benteng ini mengalami penguatan pada struktur dindingnya dengan penggunaan batu padas.

Lebih lanjut, di era Sultan Tunijallo dan Sultan Alauddin, Benteng Somba Opu diperkuat dengan penambahan meriam-meriam berkaliber besar di setiap sudut bastion.

Sebagai bukti, salah satu meriam dengan panjang kurang lebih 9 meter masih bisa ditemukan di lokasi benteng. Pembangunan dan penyempurnaan benteng ini terus berlanjut seiring berjalannya waktu.

Peran dan Fungsi Historis Benteng Somba Opu

Fungsi Benteng Somba Opu telah berkembang sejak awal pembuatannya, di mana ia terletak di antara dua sungai, yaitu Sungai Balang Baru dan Sungai Jene'berang. Pada fase awalnya, Benteng Somba Opu berperan sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Gowa.

Menjelang pertengahan abad ke-16, benteng tersebut bertransformasi menjadi titik pusat kegiatan perdagangan dan pelabuhan utama untuk komoditas rempah-rempah, menarik kunjungan dari pedagang asing yang berasal dari berbagai negara Asia dan Eropa.

Bahkan sebelum era kolonialisme, Pelabuhan Somba Opu telah terkenal sebagai gerbang utama ke wilayah timur Indonesia. Seiring berjalannya waktu, Benteng Somba Opu juga berkembang menjadi area permukiman dan inti dari kota.

Kawasan ini dihuni tidak hanya oleh penduduk lokal Gowa, namun juga oleh pedagang-pedagang asing dari Denmark, Inggris, Portugal, dan Gujarat, menciptakan sebuah komunitas multikultural.

Pedagang asing yang tiba di daerah tersebut sering kali mendirikan bangunan dagang atau loji di sekitar benteng, dan aktivitas perdagangan mereka banyak terpusat di pelabuhan dimana kapal-kapal berlabuh.

Selama era Sultan Hasanuddin, dari tahun 1653 hingga 1669, Benteng Somba Opu tetap berfungsi sebagai benteng utama, pusat komersial untuk kedatangan kapal, serta sebagai pusat pemerintahan.

Perkembangan dan kemajuan yang diraih oleh Makassar dianggap mengancam oleh VOC, yang saat itu sedang berusaha keras untuk mempertahankan monopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah Nusantara.

Akhirnya, VOC berhasil mengalahkan Sultan Hasanuddin pada tahun 1669, suatu peristiwa yang menyebabkan Benteng Somba Opu mengalami penghancuran.

Status Terkini Benteng Somba Opu

Kini, Benteng Somba Opu telah mengalami berbagai fase sejak kehancurannya oleh VOC, termasuk saat beberapa bagian dari benteng ini sempat terendam oleh air pasang, yang berkontribusi pada kerusakan lebih lanjut. Penemuan kembali benteng ini terjadi pada era 1980-an.

Pada tahun 1990, upaya pemugaran dilakukan oleh pemerintah untuk mengembalikan kejayaan bangunan bersejarah ini. Saat ini, Benteng Somba Opu telah berhasil direkonstruksi dan kini berfungsi sebagai destinasi wisata sejarah yang menarik pengunjung.

Di dalam area kompleks Benteng Somba Opu, pengunjung dapat menemukan tidak hanya reruntuhan benteng itu sendiri, tetapi juga sejumlah cagar budaya lainnya, termasuk rumah-rumah adat dari berbagai suku di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, serta museum yang memamerkan artefak dan informasi sejarah.

Sejarah Benteng Somba Opu merupakan narasi yang menggambarkan kejayaan, kehancuran, dan kebangkitan kembali.

Sebagai saksi bisu kekuasaan Kerajaan Gowa, benteng ini melalui masa-masa penuh tantangan, dari pembangunannya oleh Sultan Gowa ke-9, menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, dan pertahanan, hingga kehancurannya oleh VOC dan pengaruh alam.

Namun, semangat untuk menghidupkan kembali dan melestarikan warisan ini telah membawa Benteng Somba Opu kembali ke panggung sejarah sebagai situs bersejarah yang kaya akan cerita.

Pemugaran dan rekonstruksi yang dilakukan di akhir abad ke-20 bukan hanya mengembalikan struktur fisiknya, tetapi juga menghidupkan kembali ruh dan cerita di balik tembok-temboknya.

Hari ini, Benteng Somba Opu berdiri tidak hanya sebagai monumen bersejarah, tapi juga sebagai pengingat akan kekayaan budaya dan sejarah Sulawesi Selatan, menarik bagi para peneliti, pelajar, dan wisatawan yang ingin menyelami kedalaman sejarah Indonesia.